Kasus Drama Plagiat RCTI - Kau yang Berasal dari Bintang

Di akhir April 2014, saya terkejut bukan main melihat iklan drama ini yang sama persis dengan drama aslinya "You Who Came from The Stars" - yang kebetulan baru selesai saya tonton di hari sebelumnya.
Drama plagiat yang berjudul "Kau yang Berasal dari Bintang" ini memang sangat menghebohkan di luar negeri. Herannya, di dalam negeri kasus ini seperti tertutup rapat oleh kasus lainnya seperti JIS, Pilpres, 3 Gunung di Jawa, Korupsi, dan UN.

Sebagai orang Indonesia yang menyukai budaya Korea Selatan, tentu saya sangat malu. Malu bawa-bawa nama Indonesia kepada teman-teman di luar sana.

Malu kalau ternyata, Indonesia yang katanya beragam budayanya ternyata bisa menyalin budaya orang juga! Bahkan dengan bangganya bilang kalau mereka sudah mengantongi lisensi dari SBS; di lain pihak SBS 'baru' terkejut karena tidak mengeluarkan lisensi apapun, dan kalaupun ada perjanjian sebelumnya, mereka belum mengeluarkan izin apapun tapi dramanya tiba-tiba sudah ditayangkan.

(Credit: @realkspring on twitter. Ini adalah potongan adegan di kedua drama yang kembar tapi beda!)

Sebagai stasiun TV swasta yang jaringannya ada di mana-mana, ditonton ratusan juta orang bahkan sudah bisa live streaming dari internet, kejadian ini harusnya menjadi pukulan telak.

Tapi acara gosip mereka malah terus membahas Olga yang tengah sakit; seakan-akan tidak mengalami apapun. Saya merasa mungkin karena pemiliknya sudah terjun ke bidang politik -cawapres pula!- mereka berusaha menutupi hal ini. KPI yang biasanya heboh karena urusan non sense pun sekarang entah di mana.

Lucunya lagi, tiba-tiba nama drama ini menjadi "Kau Bintangku", dan pada Senin tanggal 5 Mei 2014 akan tayang lagi.

Saya kira bakal di cekal habis-habisan! Tapi yang terjadi kemudian malah bikin gemes. Pengen banget rasanya ngebantai mereka habis-habisan.

But we just can't do it, man.

Orang-orang di pelosok tentu kurang tahu sama drama Korea Selatan. Ada internet juga belum tentu mereka dapat mengaksesnya. Jika ada pilpres pun partai si pemilik stasiun ini masih bisa mendapat suara. Rasanya seperti tidak tahu rasa gula lalu bilang sudah pernah minum air gula padahal itu air garam.

Budaya Indonesia yang kadang bikin miris ini bisa saja - atau memang - datang dari kebiasaan mencontek saat ulangan di sekolah. Disalin sama persis, toh gurunya ga bakal tahu? Semua temen ikutan? Toh bisa disuap? Ayah gue kan punya uang? Dan pemikiran ini sampai pada pembuatan drama, toh ga semua orang kenal K-Drama? Toh kita stasiun TV no. 1? Toh stasiun sebelah juga plagiat, kok? Yang punya juga cawapres?

Ya, Tuhan... Apa tak ada cerita lagi di dunia ini sampai harus menjiplak karya negara maju?

Muka saya mau ditaruh di mana? Kalau ada kejadian buruk - mulai artis K-Pop yang gak boleh datang, sampai pemutusan kerja sama baik yang selama ini sudah puluhan tahun dijalin dengan Indonesia, yang pengen menimba ilmu di sana pupus sudah, dan dua negara ini berantem..?

Mungkin terlalu berlebihan. Tapi kasus ini sama seperti waktu kita tahu budaya kita diaku-akui sebagai budaya orang. Nyesek, kan? Marah pula, iya, kan?

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Apa terjadi sesuatu dengan KPI? Apa mereka disuap? Butuh perang dunia baru memberi sanksi kepada RCTI?

Perlu libatkan KPK? Atau ngadu ke Pak Jokowi?

Kenapa masalah serius seperti ini malah seperti tak ada tangan yang menggenggamnya. Indonesia krisis budaya!

Komentar